Minggu, 28 Juni 2015

Analisa Penanganan Korosi Akibat Air formasi



ANALISA PENANGANAN KOROSI
 AKIBAT AIR FORMASI

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktikum Analisa Fluida Reservoar ( AFR )
Di Susun Oleh :
NO
NAMA
NPM
1.
Dwiyan Hafiz
1403023
2.
Erva Niardi
1403044
3.
Ibadurrohman
1403049
4.
Muhammad Irtin Syariefudin
1403054
5.
Muhammad Syarif Hidayat
1403072
6.
Fenty Pebru
1403073

Dosen Pengajar : Roni Alida, ST / Hendra Budiman, S.Si

LABORATORIUM PERMINYAKAN
PROGRAM STUDI TEKNIK EKPLORASI PRODUKSI MIGAS
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2014 / 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT  karena berkat curahan Rahmat dan HidayahNya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan  Makalah mengenai Analisa Pengaruh Air formasi terhadap Produksi Minyak  ini dengan lancar sesuai yang di harapkan, Makalah ini merupakan tugas dari salah satu mata kuliah, yaitu Praktikum Analisa Fluida Reservoar ( AFR ).
Dalam Pembuatannya sendiri makalah ini disusun dari berbagai sumber refrensi baik itu dari Buku,  Internet dan juga penyampaian Materi secara langsung oleh Dosen pada saat perkuliahan berlangsung.
Dengan selesainya pembuatan Makalah  ini tak lupa juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh Dosen Pengajar mata kuliah  Praktikum Analisa Fluida Reservoar ini terutama kepada Bapak Roni Alida, ST selaku penanggung jawab mata kuliah tersebut Dan juga Para Asisten Dosen yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap Semoga apa yang penulis sampaikan dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi para pembaca khususnya untuk seluruh Mahasiswa Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang dalam menambah wawasan dan pengetahuan kita terutama mengenai Analisa kimia air Formasi.
Dan Kami juga menyadari bahwasannya dalam pembuatan Makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan maupun kekeliruan disana sini, oleh karena nya Kritik dan Saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan Penulis  guna mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang

                                                                                    Palembang,  28 Maret 2015


 Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang......................................................................................... 4
1.2    Tujuan  dan Manfaat................................................................................ 6
1.3    Batasan Masalah...................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian  dari korosi............................................................................. 7
2.2  Bagaimana air formasi bisa menyebabkan korosi.................................... 8
2.3  Cara pencegahan terhadap Korosi........................................................... 8
2.4  Cara menanggulangi korosi................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan............................................................................................ 11
3.2  Saran...................................................................................................... 11
Daftar Pustaka





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
                              Korosi merupakan salah satu permasalahan utama dalam proses produksi minyak, Khususnya pada permukaan bagian dalam pipa, dimana dalam kegiatan industri perminyakan, jaringan pipa merupakan salah satu bagian terpenting dari industri tersebut. Pada jaringan pipa terdapat berbagai permasalahan yang dapat terjadi, salah satunya adalah korosi pada pipa akibat air formasi.
                              Berbicara mengenai air formasi maka kita tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai Fluida yang kita dapatkan pada tahapan eksploitasi dan produksi Migas, sebagaimana yang kita ketahui Minyak bumi adalah suatu senyawa hidrokarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), hidrogen (11-14%), nitrogen (0,2-0,5%), sulfur (0-6%), dan oksigen (0-3,5%).  Dalam proses produksi minyak dan gas bumi sendiri, tidak semua Fluida yang kita dapatkan dari kegiatan ekploitasi dan Produksi 100 % nya adalah minyak. Kita juga harus memahami bahwasannya di dalam fluida itu sendiri terdapat Minyak, Gas, dan juga Air. Nah produksi yang bagus itu adalah saat jumlah volume minyak maupun gas yang kita dapatkan, itu jauh lebih banyak dari pada jumlah volume airnya, kenapa demikian ?...  karena kita sebagai orang - orang perminyakan yang kita cari adalah minyak dan gas bukannya air.
                  Dalam proses kegiatan Eksploitasi Minyak bumi dari sumur pengeboran sendiri,  Air yang terproduksi bersamaan dengan Minyak dan Gas Bumi tadi kita kenal dengan istilah Air Formasi. Dimana Air formasi itu sendiri biasanya disebut dengan oil field water atau connate water atau ada juga yang menyebutnya intertial  water yaitu  air yang ikut terproduksi bersamaan dengan minyak dan gas pada kegiatan saat kegiatan pemeboran. Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon karena memang dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya hidrokarbon didalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori. Di daerah kita khususnya wilayah Sumatera Selatan, jumlah volume air formasinya cukup besar berkisar antara 80 – 90 %. Nah jika jumlah air formasi ini sampai 100 % berarti sumur yang kita miliki tidak mengandung minyak sama sekali itu artinya 100 % kandungannya adalah air. Air yang terdapat dalam jumlah yang besar tadi akan menyebabkan berbagai macam Masalah salah satunya seperti yang akan penulis akan yaitu air formasi dapat  menyebabkan korosi.
                  Di dunia industri perminyakan sendiri, penanganan korosi pada peralatan produksi harus dilakukan dengan baik, mengingat besarnya kerugian yang akan ditanggung perusahaan apabila korosi dibiarkan begitu saja. Di Indonesia, pemerintah menganggarkan 1 - 1,5% dari GDP (Gross Domestic Production ) atau mencapai triliun rupiah dana yang dianggarkan untuk menangani korosi (Wahyuningsih, A.et al , 2010:17). Pada tahun 2003, Saudi Aramco melakukan studi untuk mendefinisikan biaya korosi terhadap produksi minyak bumi dan pemurniannya (R.Tems dan A.M. Al-Zahran,2006 dalam Haslim,A.B.J., 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25% biaya perawatan plant gas sweetening dikeluarkan untuk pengendalian korosi, 17% biaya perawatan plant gas fractination untuk korosi, 28% biaya perawatan operasi produksi onshore, sedangkan untuk offshore dibutuhkan 60 - 70% biaya perawatan korosi. Berdasarkan data NACE ( National Association Of Corrotion Engineers), biaya yang dikeluarkan oleh USA untuk penanggulangan korosi pada eksplorasi dan pemurnian minyak dan gas sebesar $1,4 milyar. (Haslim, A.B.J., 2012). Korosi di lingkungan industri pertambangan minyak bumi terjadi akibat adanya material korosif yang terjadi saat proses pengeboran sampai pada proses distribusi. Material korosif yang dimaksud diantaranya adalah air, kandungan asam dan variasinya ( naphtanat, asetat, sulfur ), gas CO2, gas H2S, dan merkuri.Pada pertambangan minyak bumi, minyak mentah yang dihasilkan mengandung garam-garam klorida, sulfat, dan karbonat; asam-asam organik dengan massa molekul rendah; dan gas yang bersifat asam, seperti CO2 dan H2S. Berdasarkan data di lapangan, kondisi dalam sumur produksi minyak bumi yaitu: temperatur berkisar antara 330K –380K; pH media: 3,5–5,5; tekanan CO2/H2S antara 0,04 atm – 0,10 atm; dan konsentrasi ion - ion Cl ;10000 ppm –25000 ppm (P.I. Nice., 2000 dalam Yayan Sunarya., 2008). Dari data-data tersebut, maka dapat dipastikan bahwa pipa baja yang digunakan dalam sumur produksi minyak bumi sangat rentan terhadap korosi.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Analisa Penangan Korosi pada Pipa akibat Air formasi ini, diantaranya adalah
·         Untuk dapat mengetahui pengertian dari korosi
·         Untuk dapat mengetahui bagaimana air formasi dapat menyebabkan terjadinya korosi pada pipa
·         Agar dapat memahami cara mencegah dan menanggulangi terjadinya korosi pada pipa akibat air formasi

Sedangkan manfaat yang diharapkan dengan adanya makalah ini baik untuk mahasiswa, kampus maupun penulis, yaitu diantaranya adalah
·         Dapat menjadi sarana pembelajaran dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
·         Dapat menjadi pedoman bagi para pembaca dalam memahami materi mengenai analisa penanganan korosi
·         Menciptakan gagasan dan ide – ide kreatif mengenai teknologi kedepannya dalam pengaplikasian di lingkungan dunia kerja dalam menangani masalah korosi

1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang kami buat Mengingat materi mengenai korosi sangatlah luas, baik dari penyebabnya, cara terjadinya, jenis – jenis korosi dll, maka kami berusaha untuk memberikan batasan masalah yaitu dengan mempersempit ruang lingkup materi yang akan dibahas dengan hanya menitik beratkan pada point – point yang telah dituliskan pada Tujuan diatas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dari Korosi
                 Korosi atau yang kita kenal dengan Pengkaratan (pengikisan pada pipa)  adalah penurunan mutu dari peralatan logam yang bisa juga diartikan sebagai kerusakan logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, dimana besi (Fe) bereaksi membentuk senyawa hidroksida, karbonat atau sulfida yang rapuh dan mudah tererosi oleh aliran. Sebagai akibatnya adalah penipisan dinding pipa, alat-alat produksi, yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran-kebocoran.
                 Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak dan gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam, atau keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya. Besi umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan oksigen, sehingga korosi yang dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu adanya anggapan bahwa korosi merupakan reaksi antara besi dengan oksigen atau hydrogen. Dilapangan biasanya Penyebab korosi yang sering dijumpai adalah CO2, H2S, asam-asam organik, HCl dan oksigen yang terlarutkan di dalam air.
                 Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu : 
Ø  Korosi Internal
yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada minyak bumi, sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan membentuk asam yang merupakan penyebab korosi.

Ø  Korosi Eksternal
yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah.
2.2.   Bagaimana Air Formasi Bisa menyebabkan terjadinya Korosi
               Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas , karena adanya gaya dorong dari air (water drive) yang mengisi pori-pori yang ditinggalkan minyak. Air formasi diperkirakan berasal dari laut yang ikut terendapkan bersama dengan endapan sekelilingnya, karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada lingkungan pengendapan laut.
Air formasi sendiri biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Dimana sifat asam maupun basa semuanya sama – sama berpengaruh nantinya dalam kegiatan Produksi kita. Air formasi memiliki dua sifat yaitu asam dan basa sifat asam mengakibatkan korosi yang dapat menyebabkan produksi minyak terganggu dimana air yang melekatdi pipa yang semakin mengeras dan mengakibatkan karat. Sedangkan yang basa akan membentuk endapan yang berbentuk pasir dan sedimen dimana endapan ini dapat merusak prodiksi minyak yang di hasilkan.
Proses pengkaratan pada pipa terjadi karana air formasi yang mengandung oksigen mampu mengoksidasi pipa, lama kelamaan menyebabkan lapisan pipa terkikis sedikit demi sedikit, sehingga dalam jangka panjang dapat menyebabkan minyak dapat merembes keluar pipa dan poros atau rekahan yang disebabkan oleh karat tadi.

2.3. Cara pencegahan korosi antara lain dengan :
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam mencegah terjadinya korosi diantaranya yaitu :
o  Mengontrol atau menurunkan kadar salinitas, H2S, CO3 dan O2 dalam  
     semua proses yang berhubungan dengan produksi minyak, sehingga pH   
     dapat dinaikkan (tingkat keasaman menurun).
o  Pelapisan khusus (coating) pada pipa  dengan memakai “polythylene” dan   
    “poly-vinyl chloride”. Dalam pemakaiannya, coating harus bersifat :
1.          Mampu dan cukup kuat menahan tegangan dari perubahan  suhu
2.     Berdaya ikat yang baik pada permukaan logam
3.     Bertahanan listrik tinggi setelah instalasi pipa dipasang
4.     Dalam waktu tertentu bereduksi lemah pada tahanan
        listriknya
o  Pemakaian “corrosion inhibitor” secara efektif
Dalam pemakaian “corrosion inhibitor” diharapkan selain menetralisir korosi, juga melindungi dari elektrolit, yaitu :
a. Pembentukan film (mengurangi difusi antara logam-elektrolit)
b. Detergen (menjaga agar sistem tetap bersih)
c. Demulsifer (menetralisir pembentukan emulsi-korosi inhibitor)
d. Bakterisasi (mencegah pertumbuhan bakteri)
o  “Cathodic Pretection” yaitu memasukkan arus listrik ke dalam logam, yang penggunaannya sesuai dengan:
a.  Resistivitas atau tanah sekeliling daerah tersebut
b. Karakteristik pipa yang digunakan

2.4. Penanggulangan Korosi
                 Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk  pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, dan pengg chemical inhibitor.Proteksi Katiodik Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat. Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus electron dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut Cathodic Protection. Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.Coating Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi.
A.     Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya. Material corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :
1. Organik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang mengandung unsure karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik inhibitor antara lain:
Turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamine, diamine, amida, asetat, oleat, senyawa-senyawa amfoter. Imdazolines dan derivativnya
2. Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain kromat, nitrit, silikat, dan pospat.
 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran dan penjelasan diatas maka Dapat kita simpulkan bahwa
o   Korosi atau yang kita kenal dengan Pengkaratan   adalah penurunan mutu dari peralatan logam yang bisa juga diartikan sebagai kerusakan logam akibat reaksi elektrokimia dengan korosif
o   Karena sifat air formasi yang memiliki sifat asam maka akan mengakibatkan korosif pada pipa – pipa sehingga lama kelamaan pipa akan semakin terkikis lama kelamaan bisa pecah begitu pula sebaliknya karena sifat basanya maka rentan menyebabkan terjadinya penggumpalan material – material sedimen maupun zat lainnya pada pipa sehingga aliran fluida semakin kecil akibatnya tekanan semakin besar lama – kelamaan juga menyebabkan pipa bocor atau pecah.
o   Air formasi sangat berpengaruh untuk produksi, kenapa ? karena semakin banyak air formasi yang diperoleh saat pemboran maka volume minyaknya akan semakin sedikit
o   Dengan mempelajari analisa kimia air formasi kita dituntut untuk menyeimbangkan Ph jangan terlalu asam maupun terlalu basa agar tidak menyebabkan masalah yang dapat mengganggu produksi kita.

3.2. Saran
Untuk lebih menunjang pemahaman mengenai analisa penanganan korosi akibat  air formasi khususnya pengaruh air formasi bagi produksi maka akan lebih bagus lagi jika mencari ulasan maupun refrensi yang lainnya demi menambah pemahaman kita semua.




DAFTAR PUSTAKA




http://www.academia.edu/8316389/MAKALAH_KOROSI

http://www.academia.edu/9529829/PROPASAL_UPAYA_PENINGKATAN_PRODUKSI_MINYAK_DI_SUMUR_PRODUKSI_PARAFINIK_UNIT_BISNIS_EP-LIRIK RIAU_MENGGUNAKAN_INOVASI_SOLVENT_DAN_SURFACTANT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar